Sabtu, 31 Mei 2008

പഞ്ഞട്ട് tebing


Menari’ di Tebing Alam


Jenuh beraktivitas di dalam ruangan? Pegilah ke tebing alam, panjat dan menarilah!!. Resapi tantangannya dan nikmati pemandangannya. Pasti gairah hidup kembali meletup.

Olah raga panjat tebing alam, pernah booming di Indonesia. Salah satu faktornya, ketika itu belum banyak pilihan kegiatan. Tidak seperti sekarang, orang dengan mudah memilih kegiatan yang disukai.

Faktor pendukung panjat tebing alam sempat digandrungi kawula muda Tanah Air, karena Indonesia memiliki sarana alam untuk kegiatan tersebut. Ada beberapa gunung, bukit dan ngalau yang bertebing alam menantang. Di Pulau Jawa misalnya, ada Gunung Parang, Sepikul, Pagak, Kelapa Nunggal, Ciampea, dan Citatah. Sedangkan di luar Jawa, ada Tebing Pambukuan di Sulawesi Selatan, Tebing Baginde Laki di Pulau Belitung, Lembah Harau di Sumatera Barat, dan Tebing Simarsolpa di Sumatera Utara. Masih banyak tebing alam di pulau lain yang ‘perawan’ karena belum ‘dicumbui’ para ‘cecak tebing’.

Gunung Parang merupakan salah satu arena panjat tebing alam yang kerap digunakan oleh para pemanjat. Di tebing-tebingnya, biasa digunakan para pemanjat untuk simulasi dan pemanasan sebelum berekspedisi ke tebing yang lebih menantang.

Gundukan batu cadas berwarna coklat gelap ini berada Purwakarta, Jawa Barat. Ada tiga tebing utama berbentuk menara atau dikenal dengan sebutan Tower yang sangat menantang. Dari ketiganya, Tower I yang berketinggian 932 meter dengan tinggi tebing 400 meter, merupakan puncak tertinggi gunung tersebut. Di atas puncaknya, pemanjat dapat menyaksikan pemandangan Sungai Citarum yang menuju Waduk Jatiluhur dan beberapa gunung di sekitarnya.

Sekitar tahun 80-an, Gunung Parang sempat menjadi lokasi panjat tebing favorit para pemanjat, baik tim maupun perorangan. Mereka datang untuk latihan, bahkan ada yang mengukir prestasi meraih waktu pemanjatan tercepat atau membuka jalur pemanjatan baru. Satu ekspedisi pemanjatan yang cukup prestisius diukir Sandy Febiyanto (almarhum) dan Djati Pramono. Kedua membuat Jalur 240 di Tower II. Rekor yang mereka buat ini sebagai persiapan dalam usaha mereka memecahkan rekor kecepatan di jalur The Nose di Yosmite Vallley, California, USA.

Mudah mencapai Gunung Parang. Dari Jakarta naik bus jurusan Plered, lalu lanjutkan dengan berjalan kaki atau naik omprengan ke Pasar Simpang. Kemudian naik angkutan pedesaaan ke Kampung Cihuni. Rute lain dari Jakarta Menuju Waduk Jailuhur, lalu naik perahu ke Seberang dan berjalan kaki ke Kampung Cihuni. Rute ini biasanya dipilih para pemanjat, usai ‘menari di tebing Parang lalu melepas lelah di bibir waduk sebelum beranjak pulang.

Arena panjat tebing alam lain yang tak kalah menantang adalah Citatah. Lokasinya tak jauh dari sisi Jalan Raya Padalarang, Jawa Barat. Selian itu ada Gunung Kapur Ciampea, Bogor dan Kelapa Nunggal, Cibinong. Perkebukitan kapur Ciampea berada di sebelah kanan Jalan Raya Bogor menuju Jasinga. Sedangkan tebing-tebing di Kelapa Nunggal letaknya terpencar. Di tempat ini terdapat Gua Cilalay yang bersungai bawah tanah.

Gunung Sepikul dengan tebing setinggi 40 meter berada di Desa Pkusari, Kecamatan Pakusari, 20 km arah Timur Kota Jembar, Jawa Timur. Sedangkan kawasan Pagak yang berada di Kecamatan Pagak, 25 km dari Kota Malang ke arah Selatan memiliki dua tebing, yakni Tebing Kasin dan Tebing Geger.

Tebing Simarsolpa merupakan salah satu tebing alam menantang di Sumatera yang kerap diincar para pemanjat. Lokasinya berada di Dusun Duren Bauggal, Desa Sindar Raya, Kecamatan Raya Kahean, Simalungun, Sumatera Utara. Tebingnya menjulang setinggi 250 meter, dikelilingi bukit barisan . Puncak tebingnya ditumbuhi hutan bambu. Secar keseluruhan grdae (tingkat kesulitan) rute pemanjatan di tebing ini 5.8 menurut versi Amerika.

Untuk mencapai tebing ini, dari Medan naik colt L-300 menuju Pasar Sakti, Tebing Tinggi. Lalu ganti bus sedang menuju ke Desa Sindar Raya. Kemudian berjalan kaki sekitar 1 jam lebih menuju Dusun duren Bauggal. Kalau beruntung, numpang kendaraan menuju dusun tersebut. TC Syarif

Tips Memanjat Tebing

Memanjat tebing alam, sebaiknya terlebih dulu melatih kekuatan otot tangan dan kaki tanpa bantuan alat panjat (scrimbing). Selain itu belajar melancarkan teknik turun tebing dengan tali (abseiling) maupun naik (ascending). Baru kemudian memanjat tebing yang lebih tinggi dan grade-nya lebih sulit.

Memanjat tebing sebaiknya dilakukan secara berkelompok meskipun perseorangan tidak dilarang, Namun minimal dibantu oleh seseorang yang bertugas mengamankan pemajat atau disebut belayer.

Peralatan yang dibutuhkan dalam memajat tebing alam hampir sama dengan pajat buatan. Setiap pemanjat sebaiknya memiliki sepatu khusus panjat, kantung magnesium carbonat (magnesium bag) yang berguna untuk mengeringkan telapak tangan dari keringat, tali tubuh atau sabuk pengaman (harness) Selain fisik dan mental yang prima, memanjat tebing alam juga butuh peralatan pendukung. Jenis dan banyaknya sesuai medan pemanjatan.

Peralatan kelompok antara lain tali panjat khusu (climbing rope), baik jenis kernmantel atau pun hawserlaid berdiameter 11 mm dengan panjang sekitar 45 cm, cincin kait berbentuk oval (carabinner) dan helm pelindung. Peralatan ini biasanya digunakan sebagai pengamanan pemanjatan bebas (fee climbing). Sedangkan peralatan yang dipakai untuk menambah ketinggian (articifial climbing) antara lain paku tebing (pyton), mata bor tebing (bolt), sling yang dikaitkan pada bandul logam (chock), palu (hammer), alat bantu naik melalu tali (ascender) dan untuk turun serta mengamankan pemanjat (eight descender).

Tidak ada komentar: